Jumat, 13 Juli 2012

FAMILY

Perkenankan gue cerita tentang keluarga gue. Hmm, oke, pertama gue lahir sebagai anak pertama dari dua bersaudara, adik gue cewek juga (beda lima tahun sama gue). Nyokap setelah dulu menikah tidak tinggal dirumah sendiri, tapi tetap tinggal dirumah orangtuanya (ema dan engkong gue).
Jadi nyokap ini empat bersaudara,dari keempat anak itu hanya nyokap dan kakak cowoknya yang nomor dua yang setelah menikah tetap menempati rumah yang sama. Jadi alhasil gue tinggal bersama om dan tante gue juga berikut dengan kedua anak mereka (cewek dan cowok). Dari lahir gue udah tinggal bareng mereka, dan jujur gue emang dekat sekali sama tante gue itu, berikut dengan anaknya juga.
Nyokap terkenal galak dan perfeksionis, kebukti dengan seringkali dia menuntut gue untuk berprestasi di sekolah, padahal gue juga pengen bersantai - santai kayak teman gue yang lain. Tapi seolah nyokap menargetkan itu semua, saat gue masuk kelas 1 SD gue udah dimasukkin les bahasa Inggris, gue suka pelajaran itu, tapi gue bukan tipe anak yang suka diajar, gue malas sekali buat berangkat les dan seringkali gue bolos. Tapi ternyata nyokap tetap ngotot memaksa gue les sampai kelas 6 SD. 
Kelas 1 SD gue pernah juara 1 di kelas, namun sepertinya hal itulah yang menyebabkan nyokap jadinya terus menuntut gue untuk seperti itu terus untuk ke depannya, sedangkan gue yang saat itu masih kecil juga merasakan jenuh yang sangat luar biasa. Bagaimana enggak, gue dipaksa belajar terus menerus setiap hari, sedangkan adik gue yang saat itu lima tahun dibawah gue sepertinya dibebaskan untuk ngapain saja. Gue pernah dapat nilai jelek saat itu, dan gue dikunciin di lantai atas sendirian sampai nangis - nangis, bokap selalu belain gue tapi sepertinya nyokap memang yang lebih punya kuasa. Akhirnya gue juga dipaksa les pelajaran yang lain oleh nyokap, dan jadwal les nya itu setiap hari. Jadi sehabis pulang sekolah gue harus buru - buru pulang kemudian pergi ke tempat les itu untuk belajar materi esok hari, belajar apabila ada ulangan, dan belajarnya gak pakai waktu, jadi kalo sudah bisa baru boleh pulang. Seperti itu aja rutinitas gue tiap hari. (tapi kebetulan kedua anak om dan tante gue juga les di tempat yang sama, jadi gak terlalu stress).
Saat gue kelas 6 SD, tepatnya saat kenaikkan kelas, nyokap memutuskan untuk pergi ke Amerika untuk bekerja disana, dengan alasan ingin mendapatkan penghasilan yang lebih besar tentunya. Dan akhirnya singkat kata dia berhasil pergi kesana dengan modal nekat. Selang tiga bulan kemudian pun bokap menyusul nyokap untuk kerja disana (setelah om gue memberikan saran tentunya, soalnya awalnya bokap gak mau kerja disana). Dan ya, akhirnya gue dan adik gue ditinggal. Tapi, tenang saja, gue malah senang sekali saat itu. You know what? Itu akhirnya gue bisa merasakan kebebasan, karena selama ini hidup gue diatur oleh nyokap. Gue masih inget saat itu gue telepon nyokap, gue bilang kalo gue mau berhenti les (semuanya), gue menjanjikan diri kalau pelajaran gue bakal baik - baik aja tanpa harus mengikuti les itu, gue bilang gue gak suka les, dan seperti mendapatkan mukjizat nyokap pun setuju. Ya, gue berhenti les, senang luar biasa rasanya.
Kalian pasti menyangka gue pasti kesepian tanpa bokap dan nyokap kan? Sejujurnya gue dan adik gue gak merasakan itu, kenapa? Karena dari kecil gue dan adik gue memang lebih dekat ke tante gue, gue lebih sering menghabiskan waktu bersamanya. Dan seringkali gue curhat ke dia, dan dia pun sering curhat tentang kehidupannya ke gue. Gue gak bisa bercerita tentang cinta - cintaan ke nyokap, karena pasti udah diceramahi dahulu sebelum selesai cerita. Nah tante gue inilah yang paling cocok.
Om gue (kakaknya nyokap) merupakan om terkiller menurut gue, galak abis gak boong, dan tegas. Meski gue dan adik gue ditinggal jauh sama kedua orangtua kita, kita gak bisa bebas, om gue ini yang mengatur semuanya, terutama yang menyangkut masalah pelajaran. Tapi banyak sisi positifnya buat gue, om gue ini pintar, mengerti soal semuanya, jadi saat - saat SMP ketika gue dapat tugas kliping salah satu mata pelajaran mengenai sebuah kasus yang sedang terjadi yang mengharuskan kita mencarinya dari koran atau apapun itu, om gue ini sangat bisa untuk diandalkan, karena dia sungguh mengerti. Sehingga gue sering bertanya kepada dia. Dan gue senang karena dia lebih memperhatikan pelajaran adik gue ketimbang gue :p , gue belajarnya dilepas, sedangkan adik gue masih diajari oleh dia, sebelum akhirnya adik gue juga masuk les ke tempat les gue yang dahulu. Hahahaha..
Nyokap dan bokap gak bisa segampang itu pulang ke Indonesia, karena apabila dia sudah pulang maka akan susah lagi untuk balik kesana, sehingga dari pertama kali berangkat sampai detik inipun (udah delapan tahun lamanya) gue belum pernah lagi bertemu dengan mereka, kita hanya berkomunikasi lewat telepon dan internet (facebook). Gue sering mengupdate foto orang - orang rumah dan begitu pula mereka sebaliknya.
Kangen? Ya , pasti ada rasa kangen, tapi bukan rasa kangen yang mengganggu. Karena mungkin gue gak kehilangan sosok mereka, atau mungkin karena sudah terbiasa pula dari dulu bahkan sebelum ditinggal kesana.
Mereka gak mungkin selamanya di Amerika, suatu saat nanti pasti akan pulang kembali, tapi gue takut akan seperti apa situasi dan kondisi nanti saat mereka balik. Memang sih sudah agak berbeda sikap mereka, gue dan adik gue pun juga udah besar, gak mungkin diatur - atur lagi, tapi kekhawatiran itu masih tetap ada. Dan gue sudah terbiasa hidup ya yang seperti ini. :) Mungkin itulah yang masih mengganggu di pikiran gue.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar